Orang yang Terpecaya



Orang yang Terpecaya

Kabah sudah sangat tua. Ada bagian yang sudah lapuk. Oleh karena itu, harus dipugar. Orang-orang Quraisy yang menghuni Mekah bersepakat untuk mengadakan pemugaran Kabah. Mereka terdiri dari beberapa kabilah (suku).
Mulanya mereka bersatu-padu untuk melakukan pemugaran itu. Tetapi pada saat hendak meletakan Hajar Aswad ke tempat semula, terjadi pertentangan. Masing-masing Kabilah merasa berhak mengangkat Hajar Aswad untuk di letakan di tempatnya semula. Tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya, terjadi ketegangan.
“Aku bersumpah demi Allah, kabilah ku yang paling berhak!” seru seorang pemimpin kabilah.
“Kabilah ku yang paling berhak. Sebab kami keturunan Qushaiy bin Kilab, orang yang menjaga Kabah sejak zaman dulu!” kata pemimpin kabilah yang lain.
Pertentangan itu makin meruncing hingga hamper terjadi perang saudara. Sekalipun mereka terdiri dari beberapa kabilah, sebenarnya mereka masih satu suku besar bernama Quraisy. Tetapi sekarang ini masing-masing akan berperang membela kabilahnya.
Ternak-ternak dipotong. Darahnya ditanpung di dalam wadah. Orang-orang meletakan tangan ke wadah itu hingga tercelup oleh darah.
“Demi Allah, aku bersumpah akan berperang membela kabilah ku sampai titik darah pengahbisan!” seru mereka sambil mencelupkan tangan ke wadah berisi darah itu.
Begitulah sumpah pada zaman itu. Masing-masing kabilah pun melakukan sumpah yang sama. Bila perang saudara itu benar-benar terjadi, alangkah mengerikannya. Korban-korban akan berjatuhan. Padahal, mereka hanya memperebutkan hal yang sepele. Tetapi begitu keadaan bangsa Arab pada masa itu. Perang antar suku mudah sekali berkobar, hanya karena hal-hal kecil.
Di antara orang-orang itu ada yang tertua dan sangat dihormati. Namanya Abu Umayyah bin Al Mughirah. Ia telah sering mengalami perang antar kabilah selama hidupnya. Ia tahu betapa mengerikannya peperang semacam itu. Kini ia tidak menghendaki terjadi peperngan lagi.
“Saudara-saudara ku kaum Quraisy,” katanya diantara orang-orang yang bersitegang hendak berperang.. “Akhirilah pertentangan ini dengan cara damai. Untuk meletakan kembali hajar Aswad, serahkan saja kepada orang yang terpecaya.”
“Siapa?” tanya seseorang.
“Biarlah Allah yang memilihmya.”
“Bagaimana caranya?”
“Kita lihat saja besok siapa yang pertama kali memasuki Kabah. Dialah orang yang terpecaya itu.”
Ternyata usul itu disetujui semua orang.
Besoknya, Muhammad bin Abdullah datang ke Kabah untuk membantu mengerjakan pemugaran Kabah. Saat itu belau berusia 35 tahun. Belum menerima wahyu, belum di angkat sebagai nabi. Beliau memang ikut dalam pemugaran Kabah membantu paman beliau, Al Abbas.
“Itulah dia Al Amin!” seru Abu Umayyah bin AL Mughirah kepada Muhammad bin Abdullah, Muhammad saw,
Orang-orang pun berseru begitu. Al Amin artinya “orang yang terpecaya”.
Muhammad saw. sama sekali tidak tahu mengapa orang-orang berseru begitu. Orang-orang pun segera menjelaskan kepadanya bahwa dialah yang terpecaya untuk meletakan kembali HajarAsawad ke tempat semula.
“Baiklah kalau begitu,” kata Muhammad saw. “Aku minta selembar kain yang lebar.”
Orang memberikan kain yang diminta. Kain  itu di hamparkan di atas tanah. Batu Hajar Aswad di letakan di tengahnya. Kemudian nabi saw. menyuruh setiap pemimpin kabilah memegangi pinggiran kain itu sehingga semuanya ikut mengangkat Hajar Aswad.
Sungguh pemikiran yang bijaksana. Semua orang puas, bisa mengangkat hajar Aswad secara bersama-sama ke tempatnya semula. Sejak saat itu, Muhammad saw mendapat julukan Al Amin.

Mashuri, Sofiah. 2009. 31 Cerita Bada Isya 1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Pilihan Ganda Listrik Dinamis dalam Kehidupan Sehari-hari K-13

STATISTIKA DASAR

Soal Pilihan Ganda Usaha dan Pesawat Sederhana dalam Kehidupan Sehari-hari K-13