Gajah-Gajah Abrahah



Gajah-Gajah Abrahah

Bala tentara kerajaan Habasyah hendak menyerbu Kabah. Mereka dipimpin langsung oleh raja mereka yang bernama Abrahah. Awalnya, Abrahah tidak senangada rumah suci tempat ibadah di Mekah yang bernama Kabah. Ia akan menghancurkannya supaya rumah ibadah hanya ada di Habasyah, yang telah dibangun atas perintah Abrahah.
Pasukan itu kuat sekali. Berjumlah sangat banyak. Abrahah dan para hulubalangnya mengendarai gajah. Mereka menyeberangi Laut Merah dengan perahu-perahu besar. Sepanjang jalan ke Jazirah Arab, banyak yang berusaha melawan mereka. Tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan tentara Abrahah. Para penyerang dibunuh dan sebagian ditawan. Para tawanan itu diperkerjakan sebagai petunjuk jalan dan perwat gajah.
Rombongan penyerbu itu tiba di luar kota Mekah. Tidak ada lagi yang bisa mencegah mereka menyerbu Kabah. Pada pagi hari, diadakan persiapan penyerbuan itu.
Seorang tawanan yang menjadi perawat gajah bernama Nufail bin Hudaib. Ia menuntun gajah tunggangan Abrahah. Gajah itu deberi nama Mahmud. Seekor gajah yang jinak dan pintar.
Nufail memegangi telinga gajah itu. Lalu berbisik, “Mahmud, ketahuilah engkau sekarang berada di Tanah Suci. Bersimpuhlah atau pulang kembali ke asalmu di Habasyah !”
Gajah itu seperti memahami ucapan Nufail. Ia bersimpuh. Nufail buru-buru menyelinap pergi. Lalu berlari sekencang-kencangnya dan bersembunyi di gunung. Penduduk Mekah banyak yang bersembunyi di sana untuk menyelamatkan diri dari amukan tentara Habasyah.
Mahmud, gajah Abrahah itu, tetap bersimpuh. Tentara memukulinya dengan tongakt kayu dan bbesi agar dia berdiri. Mahmud mogok. Ia tidak mau berdirim. Ketika dihadapkan ke negeri Habasyah, dia segera berdiri dan dan berlari. Ketika di hadapkan ke Mekah, dia mogok lagi dan bersimpuh.
Abrahah kebingungan melihat tingkah gajanya. Tiba-tiba datanglah beribu-ribu ekor burung Ababil, yaitu burung yang kecil sekali. Allah swt.-lah yang mengirimkan burung-burung itu. Setiap burung membawa tiga butir  batu kerikil yang besarnya hanya sebiji gandum. Sebutir pada paruhnya, dua butir pada kakinya.
Batu-batu kecil itu dijatuhkan dari langit. Menimpa Abrahah dan bala tentaranya. Juga gajah-gajah tunggangan mereka. Batu-batu sekecil itu, atas perkenan Allah, bisa membinasakan siapa saja yang tertimpa.
Kocar-kacirlah pasukan Abrahah yang kuat dan tidak terkalahkan itu. Mereka bergelimpangan tidak keruan. Yang masih selamat berusaha melarikan diri. Ada yang mencari-cari Nufail untuk dimintai menunjukan jalan pulang ke Habasyah.
Nufail di tempat persembunyianya. Ia menyaksikan kekacauan itu.
“Ke mana mereka hendak lari menyelamatkan diri dari pembalasan Allah ?” kata Nufail.
Abrahah terkulai. Ketika digotong oleh sisa pasukannya, keadaanya sudah mengerikan. Jari-jari kaki dan tangannya rontok satu per satu. Dari lukanya keluar darah dan nanah terus menerus. Dalam perjalanan pulang, dia meninggal. Jantungnya pecah sehingga dari mulut dan hidungnya keluar darah. Itulah balasan dari manusia congkak yang akan menghancurkan rumah suci tempat ibadah.
Peristiwa itu dikenal sebagai Tahun Gajah. Pada saat itulah di Mekah lahir bayi laki-laki dari wanita yang bernama Aminah binti Wahab. Bayi itu diberi nama Muhammad. Pada kemudian hari, dia menjadi Nabi Besar Muhammad saw. Nabi terakhir sepanjang Zaman.

Mashuri, Sofiah. 2009. 31 Cerita Bada Isya 1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Pilihan Ganda Listrik Dinamis dalam Kehidupan Sehari-hari K-13

STATISTIKA DASAR

Soal Pilihan Ganda Usaha dan Pesawat Sederhana dalam Kehidupan Sehari-hari K-13