MULAI MENYEBUT NAMA ALLAH
Ada serombongan orang di padang pasir. Mereka dalam perjalanan
pulang dari negeri Syam, membawa barang-barang dagangan dengan unta. Rombongan
seperti ini lazim disebut kafilah. Mereka akan pulang ke Mekah.
Pada malam hari mereka beristirahat. Dianatara orang-orang dalam
kafilah itu ada yang bernama Umayyah bin Shilt. Ia dikenal sebagai orang pandai
dan sakti dikalangan sukunya, suku Quraisy.
Ketika rombongan itu sedang makan malam, datanglah seekor ular
kecil. Mereka melempari ular itu dengan batu. Setelah ular itu pergi,mereka
berkemas-kemas akan meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba muncul seorang perempuan tua bertongkat kayu,.
Perempuan itu berdiri di puncak pasir. Menghadang di depan rombongan Umayyah
dan teman-temannya.
“Kalian tidak mau memberi makan kepada makluk yang patut
dikasihani!” seru perempuan itu dengan marah. “Yang baru saja mendatangi kalian
itu adalah anak perempuan yatim!”
Umayyah keheranan mendengarnya. Ia tidak melihat anak perempuan
yatim yang mendatangi rombongannya. Yang datang adalah seekor ular kecil. Oleh
karena itu, mereka mengusirnya dengan batu.
“Kau siapa, perempuan tua?” tanya salah seorang anggota kafilah
itu.
“Aku Ummul Awam! Demi Tuhan Penguasa manusia, kalian akan
bertebaran dan tercera- berai!” sahut perempuan tua itu. Ia mengangkat
tongkatnya tinggi-tinggi. Lalu memukulanya ke pasir sambil berseru, “Lambatkan
perjalanan mereka dan hardiklah unta-unta mereka agar berkeliaran!”
Pasir bertemperasan terkena pukulan tongkat. Tiba-tiba unta-unta
pun berlarian ke segala penjuru. Mereka ketakutan dan menjadi liar.
Rombongan kafilah itu mengejar unta mereka. Mengumpulkannya
seekor demi seekor. Hingga pagi tiba, barulah unta-unta itu terkumpul.
Tetapi nenek tua bertongkat itu dating lagi. Ia mengutuk dan
memukul tongkatnya lagi seperti semalam. Unta-unta kembali berlarian tak
karuan. Susah payah anggota kafilah itu mengumpulkannya kembali.
Pada sore harinya, barulah unta-unta itu terkumpul. Untuk yang
ketiga kalinya nenek bertongkat itu muncul lagi. Ia juga berbuat yang sama
seperti tadi. Unta-unta berlarian kembali. Semalaman orang-orang itu mencari
dan mengumpulakan unta-unta mereka.
Ada orang yang ingat akan Umayyah. Konon Umayyah orang sakti.
Tentu ia bias mengatasi kesulitan ini. ”Katamu engkau orang sakti,”kata
seseorang kepada Umayyah. “Ayo jangan diam saja. Lawanlah nenek tua yang jahat
itu!”
Umayyah tidak bias melawan nenek tua yang jahat itu. Ia pergi
mendaki bukit pasir. Lalu menuruninya dan mendaki bukit yang lain. Ia melihat
ada sebuah bangunan kecil. Ada seorang lelaki berambut dan berjanggut putih di
situ. Umayyah menemui orang itu. Ia menceritakan apa yang dialaminya.
“Nenek tua itu perempuan Yahudi,” kata orang tua yang berambut
dan berjanggut putih itu. “Suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Sejak itu, ia menjadi begitu”.
“Bagaimana cara kami menghindari gangguannya?” tanya Umayyah.
“Kalau dia muncul, ucapkan saja, ‘Bismika Allahumma’ sampai
tujuh kali”. Umayyah sangat berterima kasih kepada orang berambut putih dan
berjanggut putih itu. Ia segera kembali mendapatkan teman-temannya. Ketika
nenek itu muncul, Umayyah berseru, “Bismika Allahumma! Bismika Allahumma!” Dan
seterunya sampai tujuh kali.
Nenek bertongkat itu tidak bias mengganggu lagi. Ia marah.
“Kusumpahi Kau!” serunya kepada Umayyah. “Bagian tubuhmu akan
menjadi putih dan hitam!”
Benar saja, keesokan harinya bagian atas tubuh Umayyah menjadi
berbelang-belang putih, sedangkan bagian bawahnya menjadi hitam.
Rombongan kafilah itu kemudian pulang ke Mekah tanpa gangguan.
Mereka menceritakan pengalaman itu kepada semua orang. Sejak saat itu, Umayyah
selalu mencantumkan kalimat “Bismika Allahumma” setiap kali ia menulis surat.
Artinya adalah “dengan nama-Mu, ya Allah”. Kebiasaan itu diikuti oleh orang
lain.
Setelah agama Islam diwahyukan, kalimat itu diganti menjadi
“Bismillahi ar-Rahman ar-Rahim”. Artinya, “ Dengan nama Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang”. Umat Islam selalu memulai pekerjaan apa saja
dengan mengucapkan kalimat itu.
Mashuri,
Sofiah. 2009. 31 Cerita Bada Isya 1.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Komentar
Posting Komentar