Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Lebih Pandai Dari Pada Malaikat

Lebih Pandai Dari Pada Malaikat. Allah swt akan menjadikan manusia sebagai pemimpin di muka bumi. Oleh karena itu, manusia diberi ilmu atau kepandaian. Manusia pertama telah diciptakan, yaitu Nabi Adam a.s. telah pula diberi roh sehingga ia hidup. Selanjutnya, Allah memberi ilmu kepada Nabi Adam. Maksudnya supaya manusia menjadi makluk yang pandai, lebih pandai dari pada makluk lainnya. Nabi Adam pun diberi tahu nama-nama benda yang ada disekitarnya. Allah kemudian memanggil para malaikat. “Katakanlah kepada-Ku nama-nama benda itu,” firman Allah kepada para malaikat. Nabi Adam a.s. telah diberi pelajaran oleh Allah, sedangkan para malaikat tidak. Maka, para malaikat itupun tidak bisa menyebutkan nama-nama enda di hadapan mereka. Para malaikat bersujud. “Maha suci Engkau, ya Allah,” kata para malaikat. “Tidak ada ilmu pada kami kecuali apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui   dan Maha Bijaksana.” Begitulah, Nabi Adam a.s. lebih pa

Tingkatkan Cara Berpikir Anda, Berpikirlah Sebagai Orang Penting Berpikir

Tingkatkan Cara Berpikir Anda, Berpikirlah Sebagai Orang Penting Berpikir                 Meningkatkan cara berpikir berarti meningkatkan juga tindakan Anda dan ini menghasilkan sukses. Inilah cara yang mudah untuk membantu membuat diri Anda lebih besar dengan berpikir sebagaimana orang penting berpikir. Gunakan formolir dibawah ini sebagai pedoman. Patrikan di dalam pikiran Anda pertanyaan ini, “Apakah ini cara yang digunakan oleh orang penting ?” Gunakan pertanyaan ini untuk membuat Anda menjadi orang yang lebih besar dan lebih berhasil. Ringkasnya, ingatlah: 1.        Tampil penting; ini membantu Anda berpikir penting. Penampilan Anda berbicara kepada Anda, percayalah penampilan ini mengangkat semangat Anda dan membangun kepercayaan Anda. Penampilan Anda berbicara kepada orang lain. Pastikan penampilan Anda mengatakan, “Ini dia orang penting: pandai, berhasil, dapat diandalkan,” 2.        Berpikirlah pekerjaan Anda penting.   Berpikirlah dengan cara ini dan Anda akan

Istana Kaca

Istana Kaca Nabi Sualaiman a.s. sedang bersama bala tentaranya. Mereka tediri dari manusia danjin. Hari itu Nabi Sulaiman mengetahui bahwa Ratu Bilqis dan negeri Saba akan datang. “Siapa diantara kalian yang bisa memindahkan istana Ratu Bilqis ke sini sebelum Ratu Bilqis tiba?” tanya Nabi Sulaiman. Ada jin yang sanggup melakukan itu. Jin itu berkata, “Hamba sanggup memindahkan istana itu sebelum pertemuan ini berakhir, Tuan ku.” Hebat sekali kalau begitu. Tetapi ada seorang hulubalang dari golongan manusia menyahut, “Dengan perkenan Allah swt, hamba sanggup melakukannya dalam sekejap mata, Tuan ku.” Nabi Sulaiman a.s mengejapkan mata. Ketika beliau membukakan mata, istana Ratu Bilqis benar-benar berada di hadapan beliau. “Ini adalah salah satu karunia Allah,” kata Nabi Sulaiman. “Allah menguji apakah kita masih bisa bersyukur terhadap karunianya atau tidak. Jika kita tidak bersyukur, berarti kita menjadi sombong. Allah membenci makhluk yang sombong.” Nabi Silaimman

Ratu Bilqis

Ratu Bilqis Karena kehendak Allah swt, semua burung patuh kepada perintah Nabi Sulaiman a.s. Pada suatu hari Nabi Sulaiman tidak melihat burung Hud-hud. Burung itu pergi entah ke mana, tanpa seizing Nabi Sulaiman. “Kalau dia tidak bisa member alasan yang kuat, aku akan menghukumnya dengan hukuman yang keras,” kata Nabi Sulaiman. Ternyata tidak lama kemudian, datanglah burung Hud-hud. “Hamba baru saja melihat sebuah negeri bernama Saba. Negeri itu diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Bilqis,” kata burung Hud-hud. “Negeri tiu makmur sekali. Istana Ratu Bilqis merupakan istana yang sangat indah. Tetapi sayangnya di negeri itu semua orang menyembah matahari sebagai tuhan mereka.” Nabi Sulaiman mendengarkan penuturan burung Hud-hud dengan seksama. “Bawalah surat ku kepada ratu Bilqis,” perintah Nabi Sulaiman kemudian. Nabi Sulaiman a.s. lalu menulis surat. Bunyinya, “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Jangan memberontak terhadap ku. Peluk