biografi pythagoras
TUGAS TERTULIS
MATA KULIAH SEJARAH
FISIKA
Tokoh: PYTHAGORAS
Periode I
Oleh :
Nama :
HARAIDHA
NIM :
ACB 111 0067
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKARAYA
PYTHAGORAS (582 SM – 497 SM)
Pythagoras
lahir sekitar tahun 582 SM di Pulau Samos, Yunani. Pada usia sekitar 40
Pythagoras mendirikan sebuah masyarakat keagamaan yang aneh di Italia Selatan.
Kelompok itu disebut Persaudaraan Pythagoras dan anggotanya hidup menurut
aturan yang dibuatnya. Mereka tidak makan daging apapun karena mereka yakin
nyawa kita dapat masuk ke binatang setelah kita mati. Mereka juga tidak makan
kacang-kacangan karena Pythagoras yakin kacang juga bernyawa. Pythagoras hidup
amat sederhana dank eras serta memakai waktunya mengerjakan matematika.
Pythagoras yakin bahwa matematika menyimpan semua rahasia alam semesta dan dia
percaya bahwa beberapa angka memiliki keajaiban.
Dia
diingat karena “teorema Pythagoras”, sebuah rumus sederhana dalam geometri
tentang ke-3 sisi dalam segitiga siku-siku. Namun, Pythagoras juga melakukan beberapa
eksperimen ilmiah paling pertama melalui mendengarkan suara senar yang
direnggangkan dengan panjang yang berbeda dan meneliti matematike oktaf dan
harmoni. Ide-ide Pythagoras menjadi penting bagi filsuf plato dan, melalui
pengaruh plato,
KONSTRIBUSI DALAM ILMU PENGETAHUAN
·
Teorema
Pythagoras
"Teorema Pythagoras" dinamakan oleh ahli matematika Yunani
kuno yaitu Pythagoras, yang dianggap sebagai orang yang pertama kali memberikan
bukti teorema ini. Akan tetapi, banyak orang yang percaya bahwa terdapat
hubungan khusus antara sisi dari sebuah segi tiga siku-siku jauh sebelum
Pythagoras menemukannya.
Teorema Pythagoras memainkan peran yang sangat signifikan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, di mana bentuk ini menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah hubungan dalam Geometri Euclides di antara tiga sisi dari segi tiga siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa 'Jumlah dari persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusa-nya'.
Secara matematis, teorema ini biasanya biasanya ditulis sebagai : a2 + b2 = c2 , di mana a dan b mewakili panjang dari dua sisi lain dari segitiga siku-siku dan c mewakili panjang dari hipotenusanya (sisi miring).
Sejarah
Sejarah dari Teorema Pythagoras dapat dibagi sebagai berikut:
1. pengetahuan dari Triple Pythagoras,
2. hubungan antara sisi-sisi dari segitiga siku-siku dan sudut-sudut yang berdekatan, 3. bukti dari teorema.
Teorema Pythagoras memainkan peran yang sangat signifikan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, di mana bentuk ini menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah hubungan dalam Geometri Euclides di antara tiga sisi dari segi tiga siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa 'Jumlah dari persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusa-nya'.
Secara matematis, teorema ini biasanya biasanya ditulis sebagai : a2 + b2 = c2 , di mana a dan b mewakili panjang dari dua sisi lain dari segitiga siku-siku dan c mewakili panjang dari hipotenusanya (sisi miring).
Sejarah
Sejarah dari Teorema Pythagoras dapat dibagi sebagai berikut:
1. pengetahuan dari Triple Pythagoras,
2. hubungan antara sisi-sisi dari segitiga siku-siku dan sudut-sudut yang berdekatan, 3. bukti dari teorema.
Sekitar 4000 tahun yang lalu, orang Babilonia
dan orang Cina telah menyadari fakta bahwa sebuah segitiga dengan panjang sisi
3, 4, dan 5 harus merupakan segitiga siku-siku. Mereka menggunakan konsep ini
untuk membangun sudut siku-siku dan merancang segitiga siku-siku dengan membagi
panjang tali ke dalam 12 bagian yang sama, seperti sisi pertama pada segitiga
adalah 3, sisi kedua adalah 4, dan sisi ketiga adalah 5 satuan panjang.
Sekitar 2500 tahun SM, Monumen Megalithic di Mesir dan Eropa Utara terdapat susunan segitiga siku-siku dengan panjang sisi yang bulat. Bartel Leendert van der Waerden meng-hipotesis-kan bahwa Tripel Pythagoras diidentifikasi secara aljabar. Selama pemerintahan Hammurabi the Great (1790 - 1750 SM), tablet Plimpton Mesopotamian 32 terdiri dari banyak tulisan yang terkait dengan Tripel Pythagoras. Di India (Abad ke-8 sampai ke-2 sebelum masehi), terdapat Baudhayana Sulba Sutra yang terdiri dari daftar Tripel Pythagoras yaitu pernyataan dari dalil dan bukti geometris dari teorema untuk segitiga siku-siku sama kaki.
Pythagoras (569-475 SM) menggunakan metode aljabar untuk membangun Tripel Pythagoras. Menurut Sir Thomas L. Heath, tidak ada penentuan sebab dari teorema ini selama hampir lima abad setelah Pythagoras menuliskan teorema ini. Namun, penulis seperti Plutarch dan Cicero mengatributkan teorema ke Pythagoras sampai atribusi tersebut diterima dan dikenal secara luas. Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencari Tripel Pythagoras yang baik dipadukan dengan aljabar and geometri. Sekitar 300 SM, elemen Euclid (bukti aksiomatis yang tertua) menyajikan teorema tersebut. Teks Cina Chou Pei Suan Ching yang ditulis antara 500 SM sampai 200 sesudah masehi memiliki bukti visual dari Teorema Pythagoras atau disebut dengan "Gougu Theorem" (sebagaimana diketahui di Cina) untuk segitiga berukuran 3, 4, dan 5. Selama Dinasti Han (202 SM - 220 M), Tripel Pythagoras muncul di Sembilan Bab pada Seni Mathematika seiring dengan sebutan segitiga siku-siku. Rekaman pertama menggunakan teorema berada di Cina sebagai 'theorem Gougu', dan di India dinamakan "Bhaskara theorem".
Sekitar 2500 tahun SM, Monumen Megalithic di Mesir dan Eropa Utara terdapat susunan segitiga siku-siku dengan panjang sisi yang bulat. Bartel Leendert van der Waerden meng-hipotesis-kan bahwa Tripel Pythagoras diidentifikasi secara aljabar. Selama pemerintahan Hammurabi the Great (1790 - 1750 SM), tablet Plimpton Mesopotamian 32 terdiri dari banyak tulisan yang terkait dengan Tripel Pythagoras. Di India (Abad ke-8 sampai ke-2 sebelum masehi), terdapat Baudhayana Sulba Sutra yang terdiri dari daftar Tripel Pythagoras yaitu pernyataan dari dalil dan bukti geometris dari teorema untuk segitiga siku-siku sama kaki.
Pythagoras (569-475 SM) menggunakan metode aljabar untuk membangun Tripel Pythagoras. Menurut Sir Thomas L. Heath, tidak ada penentuan sebab dari teorema ini selama hampir lima abad setelah Pythagoras menuliskan teorema ini. Namun, penulis seperti Plutarch dan Cicero mengatributkan teorema ke Pythagoras sampai atribusi tersebut diterima dan dikenal secara luas. Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencari Tripel Pythagoras yang baik dipadukan dengan aljabar and geometri. Sekitar 300 SM, elemen Euclid (bukti aksiomatis yang tertua) menyajikan teorema tersebut. Teks Cina Chou Pei Suan Ching yang ditulis antara 500 SM sampai 200 sesudah masehi memiliki bukti visual dari Teorema Pythagoras atau disebut dengan "Gougu Theorem" (sebagaimana diketahui di Cina) untuk segitiga berukuran 3, 4, dan 5. Selama Dinasti Han (202 SM - 220 M), Tripel Pythagoras muncul di Sembilan Bab pada Seni Mathematika seiring dengan sebutan segitiga siku-siku. Rekaman pertama menggunakan teorema berada di Cina sebagai 'theorem Gougu', dan di India dinamakan "Bhaskara theorem".
Namun, hal ini belum dikonfirmasi apakah
Pythagoras adalah orang pertama yang menemukan hubungan antara sisi dari
segitiga siku-siku, karena tidak ada teks yang ditulis olehnya yang ditemukan.
Walaupun demikian, nama Pythagoras telah dipercaya untuk menjadi nama yang
sesuai untuk teorema ini.
·
Nada
Dawai
Jauh
sebelum ilmu fisika mengenal “Fisika Teori” dan “Fisika Eksperimental”, semua
tatanan ilmu fisika adalah bentuk pengalaman (experience) dalam seni dan budaya. Kreasi filsuf Yunani, Pythagoras
(570-475 SM) atas titi laras
berbasis panjang dawai, justru menjadi landasan pemahaman kita akan “fisika
getaran dan gelombang bunyi”.Pada masa Yunani kuno
ribuan tahun lalu, Pythagoras menunjukkan bahwa perbandingan sederhana dari
panjang dawai yang melibatkan bilangan 1, 2, 3, dan 4. Ia menunjukkan bahwa
jika dawai dipendekkan setengah dari panjang dasarnya dengan memetik sambil
menekan senar persis di tengahnya, akan timbul bunyi yang identik dengan
petikan dari seluruh dawai jika dipetik. Kita sekarang menyebutnya oktaf, dan Pythagoras
menyebutnya diapason, karena
jika kedua nada itu dibunyikan bersamaan, akan memberikan kesan suara yang
seperti memancar di telinga kita. Demikian juga jika senar dipendekkan 2/3 dan
3/4 dari panjang aslinya, juga memberi kesan estetika yang dinamainya
masing-masing diapente dan
diatessaron.
Musisi barat kini menyebut nada-nada tersebut nada keempat (fa) dan kelima (sol) dalam tangga nadanya.
Gambar: gambaran aktivitas
eksperimentasi musical Pythagoras dalam sebuah ukiran kayu dari abad
pertengahan.
KESIMPULAN
1.
Pythagoras
merupakan tokoh yang berasal pada zaman klasik, yaitu pada periode pertama yang
dimulai sejak zaman purbakala sampai tahu 1550 M.
2.
Pythagoras
dikenal karena “Teorema Pythagoras” yaitu rumus sederhana dalam
geometri tentang ke-3 sisi dalam segitiga siku-siku.
3.
Pythagoras juga melakukan beberapa eksperimen
ilmiah paling pertama melalui mendengarkan suara senar yang direnggangkan
dengan panjang yang berbeda dan meneliti matematike oktaf dan harmoni.
DAFTAR
PUSTAKA
Afri, Gordi.
“Pythagoras dan Ajaran Tentang Jiwa”. http://gordyafri.blogspot.com
/2011/11/pythagoras-dan-ajaran-tentang-jiwa.html
Admin.”Biografi
Pythagoras”. http://info- biografi.blogspot.com/2012/09/biogarfi-
findtalk.biz/t38-sejarah-singkat-teorema-pythagoras.html
Oxford Ensiklopedia Pelajar.
2002. Biografi. Jakarta: PT Widyadara
Komentar
Posting Komentar